TEMPO.CO, Jakarta - Sinyal akan kembali dilakukannya impor beras muncul dari pernyataan Badan Pangan Nasional (Bapanas) dan Kementerian Perdagangan. Dengan alasan jika terjadi kondisi darurat atau emergency, pemerintah kembali mewacanakan akan impor beras di tengah panen raya saat ini. Padahal sebelumnya pemerintah mengatakan akan menghentikan impor beras setelah memasuki panen raya.
Pengamat pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori menilai langkah pemerintah mewacanakan impor beras saat panen raya bukan langkah bijak. Waktunya tidak tepat. Menurut Khudori, semua otoritas kebijakan mestinya saling bahu-membahu mengamankan panen raya dan memastikan petani mendapat harga jual yang baik.
“Setelah periode panen raya berakhir di akhir Mei nanti, barulah Kemendag, Bapanas, dan semua otoritas kementerian/lembaga mesti memastikan Indonesia perlu mengimpor lagi atau tidak,” kata Khudori kepada Tempo, Kamis, 23 Maret 2023.
Namun, Khudori juga memahami wacana Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan alias Zulhas mengimpor beras sebagai langkah antisipasi. Terutama, agar harga beras tak terkendali seperti yang terjadi pada semester dua tahun lalu tidak terjadi lagi. Apalagi, harga beras tak terkendali itu masih berlanjut sampai saat ini. Bahkan, menurut Kementerian Pertanian, harga gabah dan beras pun masih tinggi meski sudah panen raya.
“Ini ganjil. Anomali. Normalnya, saat panen raya, harga beras akan rendah karena terjadi surplus beras, tapi permintaan tetap. Kenaikan permintaan saat Ramadan juga tidak akan signifikan,” kata dia.
Selanjutnya: Khudori juga sepakat jika....